Rabu, 16 Desember 2015

PART 2 : HOLD MY HAND




Part 2

Seberapapun aku mencoba untuk menepisnya, maka jawabannya akan tetap sama. Ini gila, itulah kata pertama yang muncul saat aku mulai sadar betapa anehnya situasi yang aku hadapi kini, dari sekian banyak kepingan masa lalu yang kucoba untuk menepisnya kenapa Prasta yang harus hadir kembali di hidupku kini. Memilih untuk mengabdi di kota kecil ini adalah bentuk pelarian yang paling besar keberhasilannya aku rasa, tapi kenapa justru setelah sekian tahun berlalu dengan harapan baru, justru dia kembali hadir dihadapanku tak ubahnya seperti hadiah lottere yang tiada terduga.. "kenapa Ndy, nglamun?" sapa Anggi sore ini membuyarkan lamunanku, aku tersenyum tak memberikan jawaban apapun. Seandainya Anggi mengetahui alasanku menghabiskan waktu di ruang praktek seorang diri pasti dia juga akan memberikan komentar yang sama... "gila" 

*flashback 
"sudahlah Ndy, sia sia semua usahamu. Kamu dengar semuanya kan. Dia akan menikah" "buka hatimu untuk harapan baru, Tama tak akan mengingat apapun tentangmu. Come On Baby..." Anggi terus mengomel tanpa lelah untuk merubah pendirianku, untuk menggoyahkan penantian panjangku terhadap Prasta... Sahabat juga orang yang meluluhlantahkan semua kesabaran yang aku punya. Seseorang yang selalu hadir dan pergi dalam duniaku tanpa diminta, mengawali dan mengakhiri tanpa kata pamit. "aku yakin kabar itu tak benar Nggi, dia sudah berjanji padaku" "Kamu percaya dengan janji seorang Pria?... Bukan, dia bukan seorang Pria... Dia hanya seseorang yang bermulut manis tak ubahnya seorang wanita yang pandai memainkan lidahnya untuk memyiram hatimu yang gersang" "jangan naif... Dia bahkan tak mengerti pengorbananmu dibalik kata persahabatan, dia tak akan pernah mengerti itu, kalau dia pintar harusnya dia bisa memahami bukan seperti ini" "sudahlah Nggi, aku percaya Prasta pasti punya alasan dibalik sikapnya ini" 

*back to reality 
"Ndy, besok jangan lupa ya... Kali ini aku harap kamu nggak menghindar lagi, dia juga seorang dokter" "hmm" Jawabku ringan pada rencana gila Anggi menjodohkanku dengan sepupunya. Umurku memang tak muda lagi, tapi menikah benar-benar jauh dari bayanganku saat ini. Entahlah, tapi yang jelas ini bukan trauma, mungkin caraku melindungi diri saja. **
Rambut terurai dengan dress mini warna pastel dan high heels ini sungguh jauh dari dandanan harianku, sesuai permintaan Anggi bahwa aku harus berpenampilan beda. Berbekal foto yang Anggi kirimkan via BBM aku memasuki restoran tempat pertemuan direncanakan. Meja yang menghadap ke sisi taman sedikit terpisah sengaja Anggi pilihkan mengingat pribadiku yang tak menyukai keramain. Mendekati meja yang dipesan, aku sedikit kebingungan.. Disana tak ada meja kosong ataupun tanda tanda seseorang menunggu kedatanganku, meja yang dipesan atas nama "Bagas" pun tampak terisi oleh pengunjung.. Disana ada dua orang pria tengah berbincang, ragu aku mulai mendekat

Don't Miss It :
Part 1 :HOLD MY HAND

Tidak ada komentar:

Posting Komentar